KAJEN - Hampir satu minggu pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh,namun hingga kini Captain Didik Gunardi,pilot NAM AIR yang merupakan anak mantan lurah Srinahan Kesesi Kabupaten Pekalongan belum juga ditemukan.
Kakak Korban,Riyani (55) kepada awak media menuturkan ia bersama suaminya baru pulang dari Jakarta,ke rumah duka.Menurutnya,hingga kini adiknya yang menjadi Korban dalam kecelakaan pesawat pada 9 januari 2021 lalu belum ditemukan.
"Yang ditemukan baru SIM Captain Didik. Doa bersama masih terus berlangsung. Kalau yang di Pekalongan selama 7 hari. Kalau yang di Bekasi belum tahu. Tapi di sana, setiap hari doa bersama dilakukan secara kloter. Misalnya pagi dilakukan, nanti ada lagi ba'da dhuhur, sore ada juga. Sehari bisa sampai 3-4 kali,"ungkapnya.
Menurutnya,tetangga-tetangga dilingkungan tempat adiknya tinggal sangat luar biasa,mereka secara bergantian memberi makan dalam acara do'a bersama.
"Sistemnya seperti jogo Tonggo. Misalnya ada 7 RT, nanti dari 7 RT itu secara bergantian memberi makanan untuk acara doa bersama. Jadi sangat luar biasa di sana,"ujarnya.
Dikatakan,Kondisi istri dan anak-anak Captain Didik sudah mulai mengikhlaskan meskipun terasa berat.
"Alhamdulillah sudah berusaha ikhlas dan menerima. Ketika hari pertama kami sampai di sana, kami bertemu istrinya. Kami kasih support pagi-pagi itu. Namun waktu itu beliau belum bisa menerima. Dia masih optimis dan berharap suaminya masih bisa selamat, masih bisa hidup,"tuturnya.
Selama ia di kediaman captain Didik,keluarga tidak ada yang menonton tv karena masih belum kuat melihat berita-berita tentang pesawat Sriwijaya Air yang jatuh.
"Kami di sana, kami tidak memantau TV.televisi dimatikan. Karena shock berat keluarganya,terutama istrinya. Jadi setelah itu kami support terus,"terangnya.
Istri Captain Didik Gunardi terliat ikhlas setelah mendapat konseling dari KNKT.
"Kemudian hari selanjutnya, KNKT memanggil untuk ngasih semacam konseling. Beliau menghadiri itu. Setelah pulang, beliau bilang 'iya mbak saya sudah ikhlas, saya bisa ikhlas' begitu.Sekarang sudah semakin membaik. Kami kan juga harus berusaha mengembalikan dia ke kondisi semula, ke kehidupan riil, bahwa anak-anaknya kan masih butuh masa depan. Siapa yang akan bertanggungjawab kalau bukan kamu? Hidup harus tetap berjalan. Kamu sudah diberi amanat oleh Didik. Kamu harus sebaik-baiknya laksanakan. Caranya bagaimana? Ya kamu harus sehat, harus kuat, kamu semangat, kamu orang besar, kamu orang muslim. Saya bilang begitu. Dia jawab 'iya mbak',"tandasnya.
Dilanjutkan,ia dan suami memutuskan kembali ke pekalongan karena keadaan saudaranya di jakarta sudah membaik.
"Kemudian sorenya pramugara, pilot, dll pada datang. Saat ini kondisinya sih sudah cukup tenang, sudah ikhlas. Makanya saya ayem, saya berani pulang ke Pekalongan sama suami,Anaknya itu, si saka, nempel terus sama suami saya. Mungkin merasa nyaman, rindu sama bapaknya,"tandasnya.
Ditambahkan,saat ini ia dan suami memutuskan isolasi mandiri karena takut menciptakan klaster baru.
"Saya sudah pulang dr Bekasi kemarin subuh. Seharusnya saya ngantor, tapi karena taat peraturan, jadi saya harus isolasi mandiri. Karena saya datang dari daerah yang notabene resiko covid-19 tinggi. Walaupun saya sehat, kami (suami, anak, dan sopir) sekarang isolasi mandiri dulu selama 14 hari. Karena saya tidak mau menciptakan klaster. Karena di sana juga bertemu banyak orang. Meskipun di sana kami selalu pakai masker dan cuci tangan. Tapi jaga jaraknya yang mungkin kurang maksimal. Memang sih kami tidak salaman, tidak cipika cipiki,"imbuhnya.(Ros-Nk)
Komentar Anda